Kisah Guru SLB Mendidik Siswanya Selama Pandemi

Editor: Makmun Hidayat

“Tak sedikit dari siswa ini memiliki kondisi perekonomian memprihatinkan. Tidak punya handphone, apalagi kendaraan. Tak jarang dari mereka bahkan hanya dititipkan pada kakek-neneknya yang sudah tua dan tidak bekerja. Sementara orang tua mereka meninggalkan mereka sejak kecil, karena tidak sanggup menerima kekurangan si anak,” katanya.

Karena berbagai faktor itulah, para guru SLB ini pun, dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketelatenan, harus mendidik para siswa luar biasa ini untuk menyiapkan masa depan mereka ke arah yang lebih baik. Berbagai tantangan berat tak jarang harus mereka hadapi. Namun mereka tak pernah berhenti mendidik para siswa yang sudah mereka anggap seperti anak kandung mereka sendiri.

“Walaupun sangat berat, ya harus tetap bersyukur. Apalagi kalau melihat kondisi anak-anak. Kadang kita jadi berpikir. Mereka itu punya berbagai keterbatasan, tapi semangatnya sangat luar biasa. Lalu kenapa kita tidak. Begitu juga dengan keluarga mereka. Sepanjang waktu mereka harus menghadapi kondisi anak-anak yang luar biasa seperti itu. Sementara kita kan hanya beberapa jam saja, kenapa kita mesti mengeluh,” bebernya.

Di SLB Negeri 1 Kulon Progo sendiri terdapat sebanyak 46 guru atau pengajar yang terbagi dalam puluhan kelas. Mereka diberikan tanggung jawab mendidik sekitar 215 siswa luar biasa. mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA, yang terbagi dalam 5 kelompok.

Antara lain kelompok A meliputi siswa tuna netra, kelompok B meliputi siswa tuna rungu dan tuna wicara, kelompok C meliputi siswa tuna grahita, kelompok D meliputi siswa tuna daksa serta kelompok E meliputi siswa autis.

Lihat juga...