Dari Pekerja Hermawan Putuskan jadi Pengusaha Kerupuk

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Alhamdulillah permintaan di pasar juga stabil. Maka kita target dalam seminggu harus bisa produksi minimal 3 kuintal, 1 bulan kurang lebih 1 ton,” tandasnya.

Hermawan mengaku, kini telah memiliki sejumlah langgganan di pasar, mulai dari daerah Kecamatan Arjasari, Ciparay, hingga ke Majalaya. Setiap hari, dia mengirim kerupuk mie ke langganan-langganannya itu.

“Kalau di pasar kita jual per kilogram kerupuk mie itu Rp16 ribu, kalau yang ukuran besar Rp17 ribu per kilogram. Permintaan yang paling banyak sih kerupuk yang ukuran kecil,” tukasnya.

Sementara itu di tempat yang sama, Elis Hayati, ibu dari Hermawan berharap, ke depan produksi kerupuk anaknya dapat semakin berkembang. Sehingga dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih besar dan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

Ibu Elis Hayati sedang menjemur kerupuk mie di halaman rumahnya, Selasa (12/1/2021) di Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Foto: Amar Faizal Haidar

“Saya sih senang anak punya usaha begini. Alhamdulillah kita yang bantu-bantu juga bisa dapat penghasilan. Semoga bisa semakin berkembang usahanya,” kata Elis.

Saat ini kendala yang dihadapi dalam produksi kerupuk mie adalah lahan untuk menjemur. Pasalnya, lahan yang ada saat ini tidak bisa menampung banyak, ditambah juga karena faktor cuaca yang sudah masuk musim hujan.

“Dulu kita bisa jemur kerupuk di lapangan depan rumah, tapi sekarang ada pembangunan ruko, jadi nggak bisa dipakai lagi buat jemur kerupuk. Ya jadi produksinya berkurang. Dan jadi lebih lambat karena hujan,” pungkas Elis.

Lihat juga...