RCEP Disebut Menlu China Cerminan Komitmen Keterbukaan Kala Pandemi
JAKARTA — Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyebut Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) membawa pesan yang jelas mengenai komitmen atas keterbukaan dan kerja sama dari negara-negara yang turut berpartisipasi, di tengah pandemi COVID-19 yang telah menyebabkan berbagai krisis di dunia.
Dalam acara Global Town Hall 2020 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dari Jakarta, Jumat, Wang Yi mengatakan dalam pesannya bahwa keterbukaan dan kerja sama antarnegara diperlukan dalam upaya mempromosikan pemulihan ekonomi global.
Menurut dia, RCEP yang resmi ditandatangani oleh 15 negara beberapa hari lalu mencerminkan bahwa pandemi tidak menjadi hambatan bagi tren ekonomi dunia yang menuju ke arah globalisasi dan integrasi regional.
“RCEP yang resmi ditandatangani beberapa hari lalu menjadi penanda dibuatnya area perdagangan bebas terbesar di dunia. Dengan aksi-aksi konkret, negara-negara yang berpartisipasi telah mengirim pesan yang jelas terkait komitmen atas keterbukaan dan kerja sama,” kata Wang Yi.
Menlu China itu pun menyebut pihaknya berniat untuk terus bekerja sama dengan negara lain untuk memperbaiki jalur pergerakan manusia dan barang dalam upaya untuk memastikan rantai pasokan global tetap stabil.
“China juga akan memperkuat kerja sama yang saling menguntungkan secara bilateral dengan negara lain dan juga secara multilateral, serta mendorong operasional belt and road initiative (Prakarsa Sabuk dan Jalan,red) yang berkualitas tinggi dan berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi dunia,” ujarnya.
Prakarsa Sabuk dan Jalan atau belt and road initiative adalah strategi pembangunan global yang diadopsi oleh pemerintah China yang melibatkan pembangunan infrastruktur dan investasi di 152 negara dan organisasi internasional di Asia, Eropa, Afrika, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika.