Luka Kronis Bisa Sembuh dengan HBOT
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Berkembangnya teknologi penggunaan oksigen dengan tekanan tinggi, yang memungkinkan paru-paru untuk menyerap oksigen lebih banyak dari kondisi normal, memberikan harapan bagi para pasien yang mengalami beberapa penyakit berat. Salah satunya adalah luka borok akibat penyakit diabetes.
Kepala Instansi Hyperbaric Therapy RS Yarsi Jakarta, dr. Erik Supondha, MKK AIFO-K, memaparkan bahwa terapi hiperbarik berasal dari terjadinya lumpuh mendadak pada para penyelam akibat dekompresi.

“Pada Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT), oksigen murni 100 persen akan diberikan dengan tekanan lebih dari 1 atm melalui masker, hood atau endotracheal tube,” kata dr. Erik pada zoom webinar yang diselenggarakan oleh RS Yarsi, Jakarta, Jumat (26/6/2020).
Terapi ini, menurutnya, bisa membantu mempercepat penyembuhan beberapa penyakit. Misalnya luka pada penderita diabetes, pemulihan pada luka setelah operasi ataupun pada penderita tuli mendadak.
“Prinsip dasar HBOT ini adalah tekanan yang tinggi akan memperkecil volume gelembung gas dan mempercepat resolusi gelembung sehingga bisa mengurangi oedema pada jaringan dan mendorong pembentukan fibroblast dan efek fagositosis leukosit,” paparnya.
Ia menyatakan HBOT merupakan suatu tindakan yang sudah dinyatakan aman secara medis dengan penatalaksanaan yang tepat.
“Kalau ditanyakan aman, ya aman. Tapi seperti tindakan medis lainnya, aman bukan berarti tanpa risiko. Sehingga dibutuhkan suatu penatalaksanaan yang tepat sebelum dilakukannya tindakan ini. Salah satunya yang perlu dicek adalah penyakit sertaan yang diderita pasien. Ini penting diketahui, untuk menghindari efek negatif dari tekanan tinggi oksigen,” paparnya.