Data Kasus Covid-19 Bisa Jadi Fenomena Gunung Es
Wali Kota yang sangat populer ini menjelaskan, tingginya angka kasus Covid-19 di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur pada Kamis (21/5) yang mencapai 311 orang positif sebagai dampak dari rapid test atau tes cepat secara masif.
“Kenaikan ini karena kita masif melakukan rapid test, dan kemudian kalau reaktif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab,” kata Risma saat rapat evaluasi pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bersama jajaran kepolisian dan TNI di Graha Sawunggaling, Surabaya.
Dua alasan ini seolah menyiratkan pesan, bahwa ketika ada data di suatu daerah landai, belum tentu data itu nyata adanya, jikalau daerah setempat belum melakukan tes cepat massal. Sebab, klaim dari dua daerah itu, bahwa ukuran sebenarnya data Covid-19 adalah setelah dilakukan tes massal, sehingga alasan ini masuk akal karena acuan yang disampaikan adalah berbasis data.
Namun demikian, bisa saja data yang muncul di Jatim adalah data permukaan, sebab kegiatan tes massal tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang ada. Artinya, bisa juga data yang muncul merupakan fenomena gunung es, yang hanya terlihat di permukaan, namun sebenarnya lebih banyak.
Utak-atik data inilah yang sebenarnya membuat data sebaran Covid-19 di Indonesia tidak nyata adanya, sebab jikalau ingin sempurna dan menunjukkan data sebenarnya, maka setiap satu penduduk wajib menjalani rapid test, sehingga akan muncul ke permukaan data asli Covid-19. Namun pertanyaanya, apakah pemerintah sanggup melaksanakan?
Covid-19 adalah musuh yang tidak nyata terlihat atau tidak kasat mata, sehingga perang melawan Covid-19 tidak sama seperti perang melawan pasukan tempur di medan perang.