Tekan Inflasi, BI Bali-BMKG Jalin Kerja Sama

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

BADUNG — Di tengah anomali cuaca yang terjadi di beberapa daerah termasuk di Bali membuat para petani merasa cemas. Di satu sisi terjadi hujan lebat dengan intensitas tinggi hingga banjir di sejumlah titik, namun di beberapa daerah lain, curah hujan sangat minim hingga petani kesulitan dalam memperoleh sumber air yang layak bagi pengairan.

“Akibatnya, beberapa tanaman pangan terserang penyakit, hingga gagal panen,” sebut Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho saat melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama (MoU) dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Denpasas, Kamis (16/1/2020).

Hal ini, sebutnya, tentu berdampak pada pasokan bahan pangan pokok yang dapat berimbas kepada harga di pasaran, yang pada akhirnya dapat menggerek tingkat inflasi, dan penurunan pertumbuhan di sektor-sektor baik pertanian, perkebunan, ataupun perikanan.

Dikatakan, informasi terkait perkiraan cuaca yang dikelola oleh BMKG dinilai dapat menjadi masukan bagi Bank Indonesia dalam rangka menyusun langkah kebijakan dalam upaya pengendalian inflasi di Provinsi Bali.

“Buat kami informasi dari BMKG untuk antisipasi agar fase kekeringan, pangan terstock. Beras ataupun yang lainnya,” ujarnya.

Trisno menambahkan, bahwa secara umum tingkat pertumbuhan ekonomi di wilayah Bali cukup baik. Sampai dengan triwulan ketiga tahun 2019, tercatat pertumbuhan ekonomi Bali 5,34 persen dan diproyeksi pada triwulan IV dapat mencapai angka sekitar 5,1-5,5 persen.

Tingkat inflasi di Provinsi Bali pada Desember terjaga pada kisaran 2,38 persen yoy. Salah satu faktor yang dapat menyumbang volatilitas inflasi antara lain cuaca yang tidak menentu, yang dapat berdampak pada produksi pertanian, kelancaran logistik, dan transportasi.

Lihat juga...