Ine Lawo Sukses Mengolah Sisa Tenun Menjadi Busana Modern
Editor: Mahadeva
Pegawai Puskesmas Nangapanda itu memodifikasi pakaian yang dibuat dengan sulaman dan rajutan, agar menjadi lebih menarik. Awalnya pembuatan, dilakukan saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Namun lama-kelamaan, banyak yang memesan dan akhirnya dikembangkan.
Karolina mengaku sudah bekerja dan tidak bisa menenun. Namun terbersit pemikiran, agar bisa ikut melestarikan kain tenun Ende dan NTT. “Oma saya bisa menenun, tapi menggunakan pewarna alami sementara ibu saya bisa menenun tetapi menggunakan pewarna kimia,” jelasnya.
Maria Yasinta Mau Rema, mahasiswa semester 3 Universitas Flores (Unflor) Ende menyebut, baju modifikasi dijual antara Rp200 ribu sampai Rp300 ribu. Sementara untuk yang full motif tenun, dijual di atas Rp600 ribu perpasang. Semua baju dibuat khusus untuk perempuan, dan menangkat tema tenun. Hal itu dilakukan, karena masih minimnya minat anak muda untuk mencintai kain tenun sendiri. “Tusuk rambut kami jual Rp20 ribu sampai Rp25 ribu, jepit dan ikat rambut Rp10 ribu, sementara anting Rp20 ribu sepasang. Banyak yang membeli produk kami saat ikut pameran,” tuturnya.