Menurut dia, konferensi ini penting untuk diketahui bersama, mengingat globalisasi selain menghubung dan mendekatkan kalangan masyarakat di berbagai belahan dunia, juga melahirkan ketidakpastian yang besar. Bagaimana masyarakat menyikapinya secara sehat dan tentunya bentuk-bentuk kerja sama (collaboration) dan pemberdayaan (empowering) apa saja yang bisa mendukung ketahanan masyarakat dunia tersebut melewati turbolance yang ada.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Konferensi komunikasi internasional, Loina Paranginangin M.Si, mengatakan konferensi tersebut menghadirkan pembicara dari para pakar komunikasi internasional, antara lain Amerika Serikat, Eropa (Jerman dan Belanda), Cina, Jepang, Korea, Australia, Filipina, Singapura, Thailand serta negara ASEAN lainnya, dan Indonesia selaku tuan rumah.
“Jumlah peserta yang hadir tercatat sebanyak 250 orang, terdiri dari para akademisi, peneliti dan praktisi public relations serta pebisnis dari berbagai negara,” kata Loina.
Ada pun pembicara asing, antara lain, Prof. Terry Flew yang juga President of ICA Queensland University of Technology , Australia, Prof. Peter Monge dari University of Southern California, Prof. Janet Fulk – University of Southern California (keduanya dari USA), dan Prof. Martin Loéffelholz – Technische Universitas Ilmenau, Jerman.
Dari Asia, menghadirkan Rowena Capulong Reyes, PhD – PACE, Philippines, Prof. Jantima Kheokao – ANPOR, Thailand dan Prof. Changfen Chen – APCA, China.
Sementara dari Indonesia, selain pakar komunikasi juga sejumlah praktisi public relations dan pemimpin perusahaan tampil sebagai pembicara.