Pinang, si Ramping Pencegah Longsor Tanah Miring
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
LAMPUNG — Pohon pinang atau Areca catechu yang sangat populer saat peringatan HUT kemerdekaan ternyata memiliki beragam manfaat, mulai dari nilai ekonomis hingga menjaga kelestarian lingkungan.
Warga Gunung Rajabasa Lampung Selatan, Solihin menyebutkan, tanaman tersebut biasanya dimanfaat masyarakat untuk pagar pembatas kebun, penahan longsor dan sumber pendapatan. Selain itu, tanaman berbatang tunggal, ramping tidak berpotensi mengganggu tanaman lain.
“Penanaman pohon pinang dengan jarak 2 meter sangat bermanfaat mengikat tanah mencegah longsor, terutama musim penghujan,” ungkap Solihin saat ditemui Cendana News, Rabu (11/9/2019).
Solihin menuturkan pohon pinang masih bisa produktif berbuah hingga usia 50 tahun. Selain itu, peremajaannya juga mudah, tanpa harus disemai buah pinang kerap tumbuh secara alami di sekitar kebun.
“Buah yang rontok kerap tumbuh secara alami, selanjutnya dipencarkan pada saat musim hujan, namun bisa disemai agar bisa ditanam pada lokasi lain untuk penghijauan,” tambahnya.

Penanaman pohon pinang diakui Solihin erat dengan kerarifan lokal warga di kaki Gunung Rajabasa. Sebab tradisi mengunyah pinang dan sirih dipertahankan warga dalam sejumlah upacara adat. Selain itu buah pinang masih dipergunakan untuk pengobatan tradisional cacingan, mata rabun, penambah stamina.
Potensi buah dan batang pinang secara ekonomis menguntungkan membuat budidaya terus dilakukan. Buah pinang kerap dipergunakan sebagai bahan kosmetik, kesehatan, batik. Permintaan yang tinggi membuat budidaya pinang semakin diperbanyak. Sebab harga buah pinang di pasaran saat ini mencapai Rp8.000 per kilogram dalam kondisi kering.