Musim Pesta, Penjualan Anyaman di Sikka Meningkat
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
MAUMERE — Meningkatnya gelaran pesta di Sikka sejak Juni lalu ikut mendongkrak penjualan aneka anyaman. Mulai dari Seneng, Liun, Tepa, Sobe dan Sodu yang biasa dipergunakan untuk meletakkan aneka barang saat mengantar belis atau mahar pernikahan.

“Sejak bulan Juni di kabupaten Sikka digelar pesta Sambut Baru atau menerima komuni pertama bagi anak-anak umat Katolik. Biasanya keluarga dekat mengantar bahan makanan dan kain tenun kepada keluarganya yang menggelar pesta,” sebut Ursula Wea, pedagang anyaman, Selasa (30/7/2019).
Beras, kopi, gula dan aneka bumbu biasanya ditaruh di dalam Sobe dan Sodu. Sementara Seneng yang juga berukuran besar dipakai untuk menaruh kain tenun dan lainnya.
“Anyaman dari daun lontar ini berukuran besar, sementara Liun dan Tepa ada yang berukuran besar dan ada yang kecil. Kalau ukuran kecil biasanya ditaruh sirih, pinang atau bisa juga perhiasan,” ungkapnya.
Kalau pesta Sambut Baru, kata Ursula, biasanya penjualan meningkat hingga tiga kali lipat, bahkan lebih dibandingkan dari hari biasa. Apalagi pesta diadakan serentak di beberapa wilayah kecamatan dan gereja.
“Hampir setiap minggu ada pesta Sambut Baru sejak Juni. Ada juga di desa-desa bulan September. Sekali Sambut Baru, hampir ribuan orang yang menggelar pesta sehingga penjualan anyaman meningkat drastis,” terangnya.
Ursula mengaku menjual anyaman ukuran besar seharga 100 sampai 200 ribu rupiah. Sedangkan ukuran kecil Rp25 ribu dan Rp50 ribu. Ada juga pembeli yang membelinya untuk dipajang di rumah atau buat oleh-oleh kepada tamu.