Kemenpar Dorong Percepatan Pariwisata di Selat Sunda Kembali Bangkit
JAKARTA — Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, menyatakan siap mendukung penyelenggaraan kegiatan pariwisata di wilayah Selat Sunda, khususnya Banten dan Lampung pasca-tsunami melanda.
Menteri Pariwisata saat dialog terkait pariwisata pada Jambore Pokdarwis dan HPI di Provinsi Banten di Mutiara Carita Cottage, Pandeglang, Banten, Selasa, menjanjikan dukungan tersebut khususnya bagi acara-acara yang diinisiasi oleh masyarakat lokal atau pemda.
“Bila biasanya Kemenpar hanya mendukung event yang termasuk ke dalam 100 Calendar of Event maka khusus untuk Selat Sunda, kami juga akan mendukung local event‘” jelas Menpar, Selasa (12/22/2019).
Dukungan Kemenpar tersebut dimaksud untuk mempercepat kebangkitan pariwisata di Selat Sunda serta memberikan kepastian keamanan kepada wisatawan. Tagline ‘Selat Sunda Aman’ bahkan diminta untuk digunakan secara konsisten pada program-program pariwisata.
“Saya minta untuk program kita konsisten menggunakan tagline Selat Sunda Aman,” ujar Menpar.
Belajar dari erupsi Gunung Agung dan Gempa Lombok, status destinasi Banten pasca-tsunami juga tidak ditetapkan sebagai darurat. Penetapan status darurat di tempat wisata yang terkena dampak bencana, diakui Menpar memiliki pengaruh yang tidak baik.
Pasalnya, negara-negara asing dapat memberikan travel advice kepada warganya. Penetapan status darurat sempat dilakukan di Bali pasca-erupsi Gunung Agung. Saat itu, Bali kehilangan pemasukan hingga 1 miliar dolar AS dan 1 juta wisatawan mancanegara (wisman).
“Hal serupa juga terjadi di Banten. Occupancy rate hotel di sini rata-rata 50-60 persen. Pasca-tsunami, dalam 2 bulan ‘occupancy rate’ di Banten kurang dari 10 persen. Maka dari itu, saya minta Banten tidak ditetapkan status darurat tapi bantuan harus tetap mengalir ke sana,” ujar Menpar.