Mete Kelompok Puna Liput Ile Padung Penuhi Kebutuhan Ekspor

Editor: Satmoko Budi Santoso

LARANTUKA – Kabupaten Flores Timur menjadi salah satu sentra produksi mete di Indonesia. Setiap musim panen, ribuan ton mete yang dibeli dari petani dengan harga murah atau dalam bentuk gelondongan, dikirim ke luar daerah.

“Sejak tahun 2013, Kelompok Puna Liput dibentuk, bekerjasama dengan LSM Swiss Contact.  Produk mete petani selama ini dijual secara gelondongan, dikupas kulitnya, dan harganya bisa menjadi mahal,” sebut Ignasius Koten, pengurus kelompok Puna Liput, Rabu (9/10/2018).

Mete yang sudah dikupas kulitnya, kata Ignas, sapaannya, dijual ke luar negeri baik dalam bentuk gelondongan, kulit ari maupun yang sudah dikupas. Dikemas juga secara baik sehingga hasil penjualannya pun mahal.

Margaretha Wain anggota kelompok Puna Liput desa Ile Padung kecamatan Lewolema kabupaten Flores Timur. Foto : Ebed de Rosary

“Sekarang satu kilogram mete yang sudah dikupas kulitnya, kami jual hingga Rp150 ribu rupiah per kilogram. Mete kami beli dari petani seharga Rp100 ribu, untuk mete yang sudah dikupas, kami kemas, dan menjual ke luar negeri,” sebutnya.

Di Unit Pengolahan Hasil Puna Liput, kata Ignas, semua anggota kelompok bekerja mengupas kulit dan ada yang memisahkan kulit ari hingga mengemas.

“Setiap proses diawasi ketat sesuai standar Badan Inspeksi dan Sertifikasi Swiss yang khusus memeriksa pengolahan kacang mete yang disebut IMO (International Market Ecotologi),” tuturnya.

Semenjak tahun 2005, jelas Ignas, Kelompok Puna Liput sudah mengantongi sertifikat tersebut. Setiap tahun, badan tersebut datang dan memeriksa semua proses, termasuk bahan dasar dan fasilitas.

Lihat juga...