Indonesia Gagal Bawa Pulang Gelar dari Jerman Terbuka
Herry menilai pasangan Indonesia maupun duet Jepang, sesungguhnya sekelas dan berkekuatan imbang. Namun Inoue/Kaneko memiliki kelebihan mainnya lebih safe, sabar dan jarang membuat kesalahan sendiri. Sehingga jika ingin mendapat poin dari mereka, pemain harus benar-benar membunuh.
“Sesungguhnya Fajar/Rian selama di Jerman Terbuka mainnya bagus, sesuai yang diharapkan. Di final, mungkin ada faktor sudah tiga kali ketemu kalah terus, tetapi saya menilainya tidak begitu. Menurut saya, pola mainnya nggak jalan. Di pertemuan yang akan datang, saya sudah punya strategi baru untuk Fajar/Rian supaya mengalahkan Inoue/Kaneko. Dan hasil mereka kalah di final, bagi saya itu bukan kegagalan,” ucapnya.
Sedangkan, untuk Ahsan/Hendra, sang pelatih menilai capaian kedua pemain senior yang baru dipasangkan awal 2018 ini ke semifinal, juga masih sesuai harapan. “Dari segi mental bertanding dan pengalaman sudah cukup lah. Tetapi yang harus diperhatikan itu kesegaran fisik, kekuatan otot dan kecepatan. Mungkin mereka tidak bisa disamakan dengan Kevin/Marcus atau Fajar/Rian, karena sudah usia, jadi kecepatan menurun. Nah, ini yang harus disiasati, bagaimana ke depannya bersaing dengan pemain-pemain muda. Menurut saya sih, tidak terlalu banyak PR-nya,” kata dia.
Sementara itu, bagi Angga/Rian, Herry menilai penampilannya masih belum konsisten. Disamping bekal pengalaman dan jam terbang mereka belum cukup tinggi. Turnamen selanjutnya yakni All England, akan menjadi ajang evaluasi bagi Angga/Rian. “Saya rasa kemajuannya tidak signifikan. Kita lihat di All England seperti apa, walaupun harus ketemu Kevin/Marcus di babak pertama,” pungkasnya. (Ant)