Katalunya Menangkan Pemilu Parlemen Regional

Katalunya, yang sempat mengalami penindasan kultural pada masa Jenderal Fransisco Franco, kembali menuntut kemerdekaan dalam beberapa tahun terakhir setelah perekonomian mereka tumbuh pesat. Pemerintah Katalunya beralasan bahwa mereka menanggung beban pajak terlalu besar untuk membayar hutang nasional dan mensubsidi daerah Spanyol lain yang kurang sejahtera.

Tuntutan itu berpuncak pada 1 Oktober lalu saat polisi nasional menggunakan gas air mata dan barikade untuk mencegah warga Kalatunya menghadiri pemungutan suara referendum kemerdekaan. Pada saat parlemen Katalunya menyatakan kemerdekaan seusai referendum, Rajoy menggunakan kewenangan konstitusionalnya untuk memerintah langsung dari Madrid.

Di sisi lain, Rajoy juga banyak mendapatkan dukungan dari negara-negara Uni Eropa lain seperti Jerman dan Prancis. Upaya Puigdemont mendapatkan pengakuan internasional dari Brussel masih gagal. Dia menyebut Uni Eropa kelompok negara mundur karena menolak menengahi sengketa politik Katalunya dengan pemerintah pusat Spanyol.

Dalam pernyataanya, Carles Puigdemont mengatakan, dirinya akan bertemu dengan Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy di luar wilayah Spanyol untuk melakukan pembicaraan. “Saya terbuka untuk bertemu (Rajoy) di Brussels atau di negara yang lain di kawasan Uni Eropa, yang bukan Spanyol,” kata Puigdemont dalam sebuah pernyataan pers di Brussels, Belgia.

Dia juga mengatakan siap untuk kembali ke Spanyol, jika ada jaminan bahwa dia dapat mengambil posisi sebagai kepala pemerintahan baru Katalunya nanti. Puigdemont mengasingkan diri di Brussels sejak Oktober setelah Rajoy memecat orang-orang pemerintahan daerahnya, menyusul referendum dan pernyataan kemerdekaan Katalunya. Banyak dari orang-orang di kabinetnya dipenjara sambil menunggu penyelidikan tentang gerakan kemerdekaan.

Lihat juga...