![]() |
Kegiatan sosialisasi DKK Balikpapan dirumah jabatan Walikota Balikpapan |
BALIKPAPAN — Masih adanya angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan di Balikpapan, membuat Dinas Kesehatan Kota Balikpapan memberlakukan sistem rujukan baru penanganan ibu hamil dan melahirkan.
Walikota Rizal Effendi mengaku miris terhadap tingkat kematian ibu dan bayi saat melahirkan yang masih terbilang tinggi. Pada 2014 lalu, jumlah ibu meninggal 14 ibu dan bayi meninggal sebanyak 123 jiwa. Rizal mengatakan, kota Balikpapan yang memiliki visi kota nyaman namun masih banyak terdapat angka kematian ibu dan anak saat melahirkan.
“Secara logika kok orang kota yang akses sudah bagus tapi masih banyak yang meninggal saat melahirkan. Ini ada sesuatu yang harus kita bedah secara bersama-sama. Dan DKK bersama UGM mencoba mencari terobosan baru untuk mengerem angka kematian ini,” tutur Rizal Effendi saat pembukaan acara penyampaian hasil Uji Coba dan Sosialisasi SK Sistem Rujukan Maternal Perintal, DKK Balikpapan, Rabu (5/8/2015).
Sistem rujukan maternal perintal ini diharapkan, dapat mendekatkan pelayanan ibu dan anak menjadi lebih intensif.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Balerina membenarkan data kematian Ibu melahirkan pada tahun 2014 lalu sebanyak 14 orang dan anak sebanyak 123 meninggal.
“ Tahun 2015 ini ibu melahirkan yang meninggal 4 orang, kalau anak belum rekap datanya,” sebutnya.
Penyebab kematian ibu dan anak ini, kata Balerina bisa karena keterbatasan biaya, keterlambatan penanganan.
“Ada bayi karena dia premature harus di NICU. Karena gak ada biaya terpaksa pulang ternyata dibawa pulang meninggal. Ada juga kasus ibu terlambat ambil keputusan harus tunggu suami, orangtua. Nah sekarang tidak bisa, kalau ada kasus seperti itu kita harus hubungi spesialis, bagaimana penanganannya,” katanya.
Balerina menjelaskan, untuk sistem rujukan baru ini, sementara ini akan diberlakukan pada 12 sarana pelayanan kesehatan di Balikpapan. SK sistem rujukan ini juga akan berlaku efektif pada pada semua Puskesmas dan rumah sakit pada September mendatang.
Pada sistem yang lama SOP yang ada ditiap puskesmas dan rawat inap itu masih bersifat universal. Sedangkan sistem yang dibuat buat ini lebih detail tapi manual.
“Iya sistem yang baru lebih detail. Contoh kalau pasien ibu hamil datang hipertensi biasa itu dirawat aja padahal dengan sistem kita ini, maka si ibu itu harus sudah dirujuk, yang menentukan si ibu melahirkan di puskemas atau rumah sakit itu dokter spesialis bukan lagi bidan atau puskesmas,” terang Balerina.
Ia berharap sistem yang dibuat sendiri dengan ide-ide dan permasalahan yang ada di kota Balikpapan dapat menekan angka kematian ibu dan bayi, kinerja pelayanan publik meningkat, dan pelayan ibu hamil dan melahirkan aman, cepat dan berkualitas.
RABU, 05 Agustus 2015
Jurnalis : Ferry cahyanti
Foto : Ferry cahyanti
Editor : ME. Bijo Dirajo