Walikota Padang mendayung sampan dalam pembukaan FSN V |
CENDANANEWS (Padang) – Festival Siti Nurbaya ke-V yang dilangsungkan di kota Padang mengambalikan lomba selaju sampan masuk menjadi jualan utama selain lomba Marandang (memasak rendang) dan Lomba “Mangukua Karambia” (Memarut Kelapa dengan alat tradisional khas Minangkabau) yang telah dibuka kemarin, Kamis (22/5/2015).
Tradisi pamainan anak nagari (Permainan tradisi sebuah nagari), selaju sampan ternyata memiliki sisi magis, masyarakat percaya jika itu masih berlaku dalam setiap perlombaan selaju sampan secara tradisional.
“Kalau di pertandingan modern, itu tidak dipakai lagi. Namun selama saya menjadi juri di berbagai lomba dayung, hanya di lomba tradisional saja hal-hal magis itu masih ditemukan,” ujar salah satu juri lomba selaju sampan, Syahrastani pada cendananews, Jum’at (22/5/2015) pagi.
Menurutnya, tradisi magis di lomba selaju sampan bisa terlihat dari efek-efek dan kejanggalan dalam perlombaan. Pemain yang tiba-tiba kram sebelum lomba, sampan yang tiba-tiba tenggelam, hingga arus air yang tiba-tiba besar di salah satu jalur.
“Bahkan bisa saja sampan itu patah, atau tertahan lajunya meski para pendayung sudah berusaha keras,” lanjut Syahrastani yang merupakan dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Namun tidak melulu mantra dan kekuatan magis yang dipakai suatu tim bisa memenangkan perlombaan. Tetap saja yang berusaha dan latihan keras serta faktor keberuntungan menjadi penentu. Syahrastani juga menceritakan beberapa pengalamannya menjadi juri di perlombaan tradisional dan lomba internasional Dragon Boat.
Disisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Padang, Dian Fakhri. Ia tidak membantah bahwa tradisi ini masih memakai mantra dan sisi magis dalam penerapannya di masyarakat. Namun ia sudah mengantisipasi hal itu semaksimal kemampuan.
“Iya, masih berkembang ditengah masyarakat. Namun kami tidak mampu untuk mengantisipasi secara magis, kami hanya mampu mengantisipasi secara fisik saja. Kami sudah menyiapkan tim kesehatan, tiga boat rescue, tim SAR dan anggota BPBD yang selalu siaga. Kalau ada atlet yang cidera, kami sudah siap siaga. Kalau soal magis itu diluar kuasa kami,” jelas Dian Fakhri.
Festival Siti Nurbaya (FSN) selalu memiliki berbagai tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat MInangkabau, yang dijadikan sebagai lomba berhadiah. Selain melestarikan budaya, ini juga ditujukan untuk mempererat jalinan komunikasi dan kebersamaan antar kecamatan yang ada di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Sebelumnya, Walikota Padang, Mahyeldi saat membuka Festival Siti Nurbaya pada Kamis (21/5/2015) sore menyebutkan, selaju sampan merupakan kebudayaan yang harus dilestrikan sebagai pendukung pariwisata.
“Selaju sampan ini untuk melestarikan nilai budaya anak negeri, kita ingin melestarikan budaya dengan FSN ini. Untuk mengoptimalkan potensi wisata yang ada di Kota Padang,” Ujar Mahyeldi saat membuka Festival Siti Nurbaya pada Kamis (21/5/2015) sore.
Hal senada juga melompat dari mulut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Sumbar, Dian Fakhri. Menurutnya untuk FSN V dia bersama tim serta perangkat dinasnya menjadikan selaju sampan sebagai fokus utama dari FSN V ini selain melestarikan budaya tentunya.
“Ini merupakan kerinduan yang dalam dari semua masyarakat Kota Padang, apalagi para tuo-tuo dayung (Sesepuh dayung) sudah banyak mengusulkan agar permainan ini kembali dilombakan sebelum hilang dan tidak dikenali lagi,” ujar Dian.
Dari pantuan cendananews dilapangan, antusias masyarakat membeludak dan sangat ingin menonton permainan selaju sampan yang telah dilombakan ini. Sebanyak 64 tim sudah mendaftar. Untuk para penontonnya, membuat para pengguna jalan Muaro dan Jembatan Siti Nurbaya harus pindah jalur. Animo masyarakat yang tinggi ini sayangnya tidak didukung dengan kebersihan sungai dan kanal yang dijadikan sebagai jalur perlombaan selaju sampan.
——————————————————–
Jumat, 22 Mei 2015
Jurnalis : Muslim Abdul Rahmad
Fotografer :Muslim Abdul Rahmad
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-