Kemanunggalan TNI dengan Masyarakat dalam Festival Tari Lulo


CENDANANEWS (Kendari) – Riuh sorak sorai penonton berkali-kali membahana di lobby lantai I Mall Lippo Plaza Kendari, Minggu (22 Maret 2015) tatkala para penari menampilkan gerakan kreasinya dalam tarian Lulo yang dibawakan para kontestan festival Tari Lulo yang diselenggarakan Harian Rakyat Sultra pada ulang tahunnya yang ke-16. Gerakan tangan dan kaki bergerak selaras mengikuti irama musik cakram keras, sesekali para penari berbaris sejajar lalu membentuk lingkaran, sepintas mirip gerakan tari poco-poco versi cepat. Namun tiba-tiba suara musik terhenti, penonton seketika terdiam sementara para penari masih menari ditengah kebingungan. Ternyata nahas saat itu mati lampu keadaan yang belakangan ini membuat jengkel warga Kendari karena tiap hari selalu terjadi pemadaman listrik. Walaupun begitu tidak menyurutkan antusiasme penonton dalam menyemangati para penari yang kebingungan itu, di mulai seorang penonton yang memberi panduan hitungan ketukan “tu,wa, ga, pat, ma, nam, tujuh, delapan..” yang sontak diikuti seluruh penonton, para penaripun kembali bersemangat seperti diberi tambahan energi yang luar biasa gerakan tari lulo pun dituntaskan hingga selesai lalu diakhiri tepuk tangan para penonton.
Tari Lulo merupakan tarian khas suku Tolaki Sulawesi Tenggara, konon sejarahnya tarian ini bermula dari kegiatan panen padi untuk memuja Dewi Padi, kata Lulo memiliki arti menginjak-injak onggokan padi untuk memisah bulir dari tangkainya. Dalam bahasa Tolaki menginjak-injak padi disebut Molulowi Opae, jadi Molulo atau menari Lulo menirukan gerakan yang meninjak-injak padi. Secara filosopi gerakan tari Lulo mencerminkan kebersamaan dan gotong royong suku Tolaki dimana masing-masing penari bergandengan tangan bergerak berirama tanpa memandang kelas sosial. Selanjutnya tari Lulo berkembang menjadi bagian dari acara-acara adat, pesta perkawinan, penyambutan tamu hingga sebagai ajang pergaulan muda-mudi. Masyarakat Sultra sangat menghargai tradisi ini terbukti disetiap perhelatan acara tari Lulo selalu kebanjiran penonton yang antusias untuk sekedar menyaksikan bahkan ikut menari bersama.
Menurut panitia penyelenggara Muhammad Dedy SH Festival Tari Lulo ini diikuti oleh berbagai instansi dari Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara, Tentara Nasional Indonesia perwakilan Korem 143 Haluoleo, perwakilan Kodim 1417 Kendari dan SMA/SMK se-Sultra. Selain festival Tari Lulo menurut Dedy yang juga menjabat sebagai Manajer Bisnis dan Promosi Harian Rakyat Sultra juga diadakan pameran hasil karya warga binaan permasyarakatan Kanwil Kemenkumham Sultra. “Sebagai insan pers yang bertugas ditengah masyarakat kita harus memiliki banyak ide-ide positif agar dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat sekaligus menjadi pembelajaran yang baik bagi pelestarian budaya, menjadi perekat persatuan dan mengapresiasi hal-hal positif walaupun mereka adalah warga binaan di Lembaga Permasyarakatan” kata Dedy disela-sela kesibukannya yang merangkap menjadi MC acara.
Hal ini dibenarkan oleh Kompol Lasdi yang menjadi pimpinan rombongan peserta Polda Sultra “Kita sebagai aparat penegak hukum juga bagian dari masyarakat, ini adalah salah satu bentuk polisi berbaur dengan masyarakat bahkan dengan TNI agar silaturahmi terus terjalin, makanya di Sultra hubungan TNI-Polri terjalin sangat erat”.
Senada dengan hal tersebut LetKol (Inf) Agus Supriyanto menegaskan “Kegiatan yang diselenggarakan harian Sultra ini sangat positif karena bentuk dari ke-manunggal-an TNI dengan masyarakat selain itu kegiatan ini suatu bentuk kepedulian TNI dalam melestarikan kebudayaan daerah yang sudah sudah menjadi doktrin TNI”. Ditanya mengenai hubungan TNI-Polri di Sultra.
———————————————–
Senin, 23 Maret 2015
Jurnalis/Foto : Gani Khair
Editor : Sari Puspita Ayu
———————————————–
Lihat juga...