Label Usaha di Padang Didorong Dukung Wisata Halal

PADANG – Pemprov Sumatera Barat menyarankan, seluruh pelaku usaha untuk melabeli usaha yang dimiliki sesuai dengan konsep wisata halal.

Saat ini, banyak ditemukan nama usaha di Sumatera Barat, tidak memiliki nama yang lazim. Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit, mengatakan, Sumatera Barat telah menerapkan wisata halal sejak 2017.

Oleh karenanya, segala bentuk yang berhubungan dengan wisata, seperti restoran atau rumah makan, harus berlabel halal. Dan seharusnya, dalam pelabelan nama usaha, juga tidak lari konsep wisata halal.

Di Kota Padang disebutnya, cukup banyak nama usaha yang tidak lazim dipahami dapat ditemui. Seperti pical ayam neraka, mie setan, mie caruik, dan nama-nama usaha lainnya yang dinilainya tidak lazim, jika dilihat dari sisi konsep wisata halal.

Narsul memahami, pemberian nama tersebut, untuk menarik masyarakat datang dan mau membeli. “Katanya wisata halal, kenapa usaha makanannya harus pakai nama neraka. Kenapa tidak diganti dengan nama usaha makan rasa surga, dan hal-hal yang memiliki makna yang nyaman untuk didengar dan dipahami. Sebut saja mie caruik, dalam bahasa Minang caruik adalah mie yang memaknai ucapan tidak sopan. Kalau begitu nama usaha makanannya, mana nyambung disebut wisata halal,” tandas Nasrul, di acara Sertifikasi Halal 2019, bagi Industri Pariwisata, Selasa (2/7/2019).

Jikapun alasan pelabelan tersebut memberi hal yang baru, Pemprov Sumatera Barat disebutnya hanya bisa memberikan saran. Pemerintah tidak bisa memaksa untuk dilakukan pengubahan nama. “Tapi saya berharap, bagusnya nama usaha itu diganti yang lazim saja, apalagi kepada seluru usaha di Sumatera Barat akan ada arahan bersertifikasi halal, termasuk itu untuk usaha makanan maupun usaha restoran di perhotelan,” tandasnya.