Arab Saudi Desak Dunia Internasional Tegas Terhadap Iran
Hubungan Putra Mahkota Saudi Mohammed dengan Trump telah memberikan tameng terhadap kritik internasional terkait catatan hak asasi Riyadh –yang dipicu oleh pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, peran Riyadh dalam perang Yaman, dan penahanan aktivis wanita.
Aspek-aspek itu sekarang mungkin menjadi titik perselisihan dengan Presiden terpilih AS Joe Biden, yang berjanji dalam kampanyenya untuk menilai kembali hubungan dengan kerajaan, sang eksportir minyak utama dan pembeli persenjataan AS.
Arab Saudi adalah pendukung kampanye “tekanan maksimum” Trump terhadap Iran.
Tapi, Biden mengatakan dia akan membawa AS kembali ke pakta nuklir 2015 antara kekuatan dunia dan Teheran. Kesepakatan itu dinegosiasikan ketika Biden menjadi wakil presiden dalam pemerintahan Barack Obama.
Di Yaman, tempat Arab Saudi memimpin koalisi militer dalam memerangi Houthi –yang bersekutu dengan Iran dalam perang hampir enam tahun yang telah menewaskan puluhan ribu orang, Raja Salman mengatakan kerajaan terus mendukung upaya pimpinan PBB untuk mencapai penyelesaian politik.
Dia juga mengutuk gerakan “sengaja dan metodologis” gerakan Houthi yang menargetkan warga sipil di Arab Saudi melalui serangan-serangan pesawat nirawak dan rudal balistik.
Riyadh berupaya menjamin stabilitas pasokan minyak global untuk melayani produsen dan konsumen, meskipun COVID-19 berdampak pada pasar minyak, kata Raja Salman.
Raja mengulangi dukungannya yang sudah lama untuk solusi dua negara pada konflik Israel-Palestina.
Namun, ia tidak menyebut dukungan pada perjanjian yang ditengahi AS soal normalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari strategi penataan kembali upaya-upaya menghadapi Iran.