Awali Pekan Suci, Warga Katolik Penengahan Gelar Minggu Palma

Editor: Mahadeva

Perayaan Minggu Palma, sebagai tradisi Gereja Katolik memiliki keunikan tersendiri. Perayaan diawali dengan penuh kegembiraan dan sukacita, untuk menyambut Kristus sebagai raja dengan nyanyian. Tetapi, setelah selesai perarakan, dalam ibadah seluruhnya umat beriman diajak untuk merenungkan misteri sengsara dan wafat Kristus, melalui doa maupun pembacaan kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus, yang diambil dari Injil Sinoptik.

Empat petugas membacakan Injil kisah sengsara Yesus Kristus atau passio – Foto Henk Widi

Pembacaan kisah sengsara tersebut dikenal sebagai Passio, yang dibawakan dengan nyanyian. Kenangan akan misteri sengsara tersebut, membuat Minggu Palma disebut juga hari Minggu Sengsara. Yesus masuk ke Kota Yerusalem dengan penuh keagungan dan semarak, untuk kemudian mengalami sengsara, wafat, dan dimakamkan, lalu bangkit dengan mulia pada hari ketiga.

Misteri sengsara yang dibawakan secara tradisional oleh tiga orang dalam passio, mengambil alih peran Kristus, penginjil, dan umat.  “Pada liturgi pewartaan kisah sengsara ini, umat Katolik stasi Pasuruan hanya menjalankan ibadah tanpa Ekaristi, serta salib ditutupi dengan warna ungu,” ungkap Bartolomeus Wagimun.

Selama pekan suci yang diawali dengan Minggu Palma, umat diajak untuk menyiapkan hati. Rangkaian pekan suci bagi umat Katolik masih akan dilanjutkan dengan Tri Hari Suci Paskah mulai Kamis Putih (18/4/2019), Jumat Agung (19/4/2019) dan Minggu Paskah (21/4/2019). Sebelum masa Paskah, umat Katolik telah menjalankan masa Prapaskah selama enam pekan, diawali pada Rabu Abu dan diisi dengan pertobatan, amal dan puasa.

Lihat juga...