30 Persen Produk Migas Indonesia Dihasilkan dari Jatim

Editor: Koko Triarko

Arief Sukma Widjaja, Kepala Divisi Audit Kontraktor Kontrak Kerjasama Eksploitasi, SKK Migas, saat memberikan materi. -Foto: Kusbandono
JEMBER – Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang penting dalam peta produksi minyak dan gas (migas) di Indonesia. Sebanyak 30 persen produksi migas, dihasilkan dari ladang migas di provinsi ini.
“Saat ini, ladang migas di Jawa Timur terkonsentrasi di Bojonegoro dan wilayah Pulau Madura,” ungkap Arief Sukma Widjaja, Kepala Divisi Audit Kontraktor Kontrak Kerja Sama Eksploitasi SKK Migas, dalam paparan materi kuliah umum bertema ‘Industri Hulu Migas Membesarkan Bangsa’, di Gedung Soetardjo, Universitas Jember, Rabu  (5/12/2018).
Karena itu, sambungnya, ia mendukung pembukaan Program Studi Perminyakan dan Program Studi Pertambangan di Fakultas Teknik Universitas Jember, dengan harapan lulusannya kelak akan mengisi berbagai posisi dalam industri migas Indonesia, khususnya di Jawa Timur.
Menurut Arief, bisnis migas adalah bisnis yang memerlukan teknologi tinggi, biaya tinggi, risiko tinggi, sehingga menuntut profesionalisme yang tinggi juga di segala bidangnya.
“Bayangkan, untuk mengekplorasi dan mengeksploitasi satu sumur minyak saja, membutuhkan biaya lima hingga 10 juta dollar US, itu pun belum tentu menghasilkan minyak bumi. Sebab, biasanya dari 10 sumur yang kita gali, umumnya hanya ada tiga saja yang bakal menghasilkan, artinya yang tujuh sumur itu rugi. Saat ini, SKK Migas sendiri mengelola aset senilai 12 miliar dolar US,” jelasnya.
Karena itu, pemerintah melalui Kementerian ESDM masih membuka investasi dari luar negeri dalam bidang migas, karena pembiayaan untuk eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi membutuhkan dana yang besar. Pola kerja sama yang digunakan saat ini adalah dengan pola Production Sharing Contract (PSC).
Selain itu, Indonesia menghadapi fakta, bahwa 90 persen sumur minyak yang ada adalah sumur tua yang produksinya kian menurun, sementara perawatannya membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Juga masalah nonteknis, seperti kendala aturan, perizinan, pengurusan tanah dan lain-lainnya. Padahal, industri migas memberikan pemasukan yang cukup besar bagi negara, serta memiliki multiplier effects yang banyak pula.
“Kendala yang dihadapi oleh SKK Migas itu, 20 persen saja yang bersifat teknis, yakni bagaimana kita mampu menemukan ladang minyak baru di Indonesia, dan memanfaatkan ladang minyak yang sudah ada. Sedangkan 80 persen sisanya adalah kendala di bidang hukum, perizinan atau yang paling sering adalah terkait masalah sengketa tanah. Karena itu, dunia migas tidak hanya untuk mereka yang lulusan fakultas teknik saja, namun juga lulusan fakultas hukum, ekonomi dan bisnis, FISIP, bahkan pertanian,” kata Arief.
Sementara itu, pemateri lain yang hadir, Sudaryoko dari Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore, dan Endro Probo, dari SAKA Indonesia Pangkah Ltd, banyak memberikan penjelasan teknis, bagaimana sebuah kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas dilakukan.
Universitas Jember menggelar kuliah umum tersebut, sebagai rangkaian persiapan dibukanya dua program studi baru di Fakultas Teknik, yaitu Program Studi Perminyakan, dan Program Studi Pertambangan.
Kuliah umum digelar atas kerja sama Universitas Jember dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (SKK Migas Jabanusa).
Menurut Rektor Universitas Jember, kegiatan kuliah umum kali ini menjadi sosialisasi pembukaan Program Studi Perminyakan, dan Program Studi Pertambangan kepada stakeholders yang hadir.
Sementara bagi pihak SKK Migas, kegiatan kuliah umum menjadi sarana menjelaskan kegiatan industri hulu migas.
​“Perkembangan terakhir, izin pembukaan Program Studi Perminyakan dan Program Studi Pertambangan sudah terbit, tinggal izin operasionalnya. Harapannya, izin operasional segera turun sehingga pada tahun akademik 2019/2020 sudah dapat menerima mahasiswa,” ujar Moh. Hasan, kepada ratusan hadirin yang merupakan perwakilan SKK Migas, Pertamina, dosen, serta mahasiswa yang memenuhi Gedung Soetardjo.
“Saya berharap, kegiatan kuliah umum kali ini menjadi awal kerja sama yang erat antara Universitas Jember dengan SKK Migas, khususnya SKK Migas Jabanusa,” ujar Rektor Universitas Jember dalam sambutannya.
Tawaran kerja sama disambut hangat oleh Dony Ariyanto, Kepala Departemen Hubungan Masyarakat SKK Migas yang turut memberikan sambutan.
Menurutnya, SKK Migas memandang penting menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki akademisi, yang diharapkan dapat memberikan masukan kepada SKK Migas, serta memasok sumberdaya manusia yang dibutuhkan oleh SKK Migas.
Sebaliknya, SKK Migas berkepentingan menjelaskan tugas dan fungsinya kepada masyarakat luas tentang tugas, dan fungsinya sebagai pelaksana tugas eksplorasi, eksploitasi, dan lifting migas di Indonesia.
“Sesuai wilayah kerja SKK Migas Jabanusa yang terentang dari Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara, maka SKK Migas Jabanusa tahun ini telah mengadakan kegiatan sosialisasi di semua PTN yang ada dari Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara, dan kebetulan Universitas Jember menjadi lokasi terakhir dari rangkaian sosialisasi yang kami lakukan di lingkungan perguruan tinggi,” kata Dony Ariyanto.
Lihat juga...