Angka Kekerasan Terhadap Perempuan Masih Tinggi

Editor: Koko Triarko

Dari korban sebanyak 12.621 orang, sambung Siti, baru 7.029 korban atau 55,7 persen yang terlayani. Selanjutnya, Simfoni PPA mencatat 15.759 kasus pada tahun 2017 dengan jumlah korban 17.059 orang, 3.742 di antaranya laki-laki dan 13.312 lainnya perempuan. Dari 17.059 korban pada 2017, baru 8.370 korban atau 49,1 persen yang terlayani.

“Data tersebut menunjukkan, bahwa secara kuantitatif, belum seluruh korban kekerasan mendapatkan layanan. Secara kualitas, layanan yang diberikan kepada korban belum tergambarkan melalui data tersebut,” ungkapnya.

Namun dari data dan informasi tentang putusan kasus dan lamanya penyelesaian kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, lanjut Siti, menunjukkan, bahwa secara kualitas, layanan kepada korban masih jauh dari yang diharapkan dan belum responsif korban.

Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, dalam pesannya kepada peserta Rakor Pemberdayaan Perempuan dan Anak tingkat provinsi NTT, menegaskan, program unggulan Kementerian PP dan PA Three Ends harus sinkron dengan program pemerintah provinsi dan kabupaten dan kota se-NTT.

Dengan demikian, kata Lebu Raya, tekad provinsi NTT Zero Case perdagangan manusia dan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta akses ekonomi kepada perempuan dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga di Nusa Tenggara Timur dapat terwujud.

“Saya imbau kita sekalian agar memanfaatkan dan mengoptimalkan desa, kelurahan Anggur Merah yang pada tahun 2018 telah berjumlah 2.658 desa dan kelurahan untuk membentuk Gugus Tugas Kekerasan terhadap perempuan dan anak serta perdagangan manusia,” tegasnya.

Kegiatan ini, lanjut Lebu Raya, termasuk memanfaatkan Koperasi Anggur Merah untuk akses modal kepada kelompok ekonomi perempuan. Di samping itu perlunya sinergitas dengan Program Keluarga Harapan (PKH) yang digagas oleh PKK di 306 desa dan kelurahan.

Lihat juga...