Legislator Kalsel: Perlu Payung Hukum Cegah Kepunahan SDGL
“Akan tetapi, sebelum pembahasan lebih lanjut terhadap raperda itu, kami masih mau mengonsultasikan kembali dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia agar teregistrasi (terdaftar) di kementerian tersebut,” lanjutnya.
“Konsultasi dan peregistrasian tersebut kita maksudkan agar Raperda tentang Perlindungan dan Pengelolaan SDGL di Kalsel itu nanti tidak bermasalah, seperti bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,” demikian Danu.
Sementara itu, di Kabupaten Tabalong, Kalsel, yang berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, mengawinsilangkan papakin dengan durian yang menghasilkan varietas baru bernama mantuala.
Namun, penanaman pohon mantuala yang buahnya mempunyai keunggulan dan ciri khas tersendiri itu belum berkembang sebagaimana usaha perkebunan durian pada umumnya.
Di Kalsel atau kawasan pedalaman pegunungan Meratus terdapat beberapa jenis atau setidaknya belasan varietas tergolong famili durian dan terancam punah,karena penebangan, tanpa penanaman kembali, seperti buah lahung yang kulit dan isinya merah.
Surian dan maharawin yang merupakan durian hutan yang bekulit tebal sehingga sulit membukanya atau harus menggunakan kampak (kapak) yang sebutan bahasa daerah Banjar Kalsel, yaitu ditungkih. Namun, terasa manis sekali daripada durian biasa.
Oleh karena itu, orang Banjar Kalsel, terutama yang di daerah hulu sungai atau “Banua Anam”, menyebut maharawin tersebut durian “tungkihan” (sebuah perkataan dari bahasa daerah Banjar Kalsel dengan asal kata tungkih) untuk membelah/membukanya.
Rombongan komunitas wartawan parlemen atau Journalist Parliament Community (JPC) Kalsel pernah menikmati manisnya maharawin ketika rekreasi ke permandian air panas Tanuhi Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), pedalaman pegunungan Meratus.